Jumat, 15 Maret 2013

Mengenal Skadron Helikopter TNI AU
Selasa, 20 Februari 2007 00:00:00 - Oleh : puspen - Dibaca : 1969

Mengenal Skadron Helikopter TNI AU
          Sudah menjadi monumen sejarah yang tidak dapat dihapus kembali bahwa para pendahulu Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) begitu gigih dalam memanfaatkan pesawat-pesawat peninggalan penjajah.
          Pesawat peninggalan itu dijadikan sebagai tulang punggung pada awal TNI AU dalam melawan penjajah, di antaranya pesawat pembom Guntai, Rocojunana, Suky, Bristol/Blem Heim, pesawat pemburu Hayabusa, Sanykisin, pengintai Nagashima, pesawat latih Cureng, Cukiu, dan Nishikoren.
          Setelah diperbaiki, pesawat-pesawat tersebut menjadikan kekuatan awal TNI AU di masa-masa perjuangan.
          Berawal dari penyerahan kedaulatan pemerintahan Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia, sejumlah pesawat yang diserahkan akhirnya oleh TNI AU dikelompokkan dalam bentuk skadron-skadron. Namun pada pemerintahan Belanda belum ada pesawat helikopter, sehingga pada tahun 1950-an oleh pimpinan TNI AU terpikirkan untuk merintis terbentuknya skadron helikopter.
          Sebelum terbentuk skadron helikopter yang besar TNI AU tahun 1953 mendirikan skadron percobaan helikopter. Pesawat helikopter yang pertama bertengger di skadron percobaan itu adalah pesawat helikopter jenis Hiller-360 yang didatangkan dari Amerika Serikat. Oleh TNI AU pesawat itu diberikan register H-101.
          Sebagai penerbang pertama adalah Komodor Muda Udara Wiweko Supono, Ia merupakan penerbang helikopter lulusan Sekolah Penerbang Amerika Serikat pada akhir tahun 1950.
          Untuk mengembangkan sayap skadron percobaan itu Komodor Muda Udara Wiweko Supono membina prajurit TNI AU sebagai penerbang termasuk teknik pesawat terbang, yang akhirnya muncul sekolah penerbang lanjutan di Pangkalan Udara Andir (sekarang Lanud Husein Sastranegara, Bandung) dan di Pangkalan Udara Kalijati (saat ini berubah Lanud Suryadharma).
          Kemajuan demi kemajuan berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Meski menyandang skadron percobaan, namun telah memiliki banyak pesawat di antaranya jenis helikopter Hiller-360, Hiller-12B, Bell-47G-2, Trooper/SM-1. Peristiwa yang membanggakan bahwa pada tahun 1959 TNI AU dapat mendatangkan 30 unit helikopter Mi-4, tahun 1960 helikopter Bell-47J Ranger, selanjutnya helikopter S-58T Sikorsky. Perkembangan terus dilaksanakan dan penambahan pesawat terus didatangkan untuk meningkatkan pelayanan terutama bagi VIP dan kepresidenan.
          Masih banyak lagi perubahan-perubahan jenis pesawat untuk kelangsungan skadron udara helikopter serta menjalankan misi tugas sehari-hari untuk tugas pokok TNI Angkatan Udara dan TNI pada umumnya.
          Dengan peningkatan dan profesional dalam bidang tugas akhirnya skadron udara percobaan berubah menjadi Skadron 6 Helikopter bermarkas di Pangkalan Udara Andir, Bandung dan Komandannya dijabat oleh Mayor Udara R. Soemarsono.
          Waktu terus berjalan akhirnya pada bulan Maret 1963 Skadron Udara Helikopter dipindahkan dari Bandung menuju ke Semplak Bogor yang sekarang Lanud Atang Sendjaja.
          Dari tuntutan suatu organisasi akhirnya 25 Mei 1965 Menteri/Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Omar Dhani meresmikan berdirinya skadron-skadron udara yang berada di bawah Wing Ops 004 dengan komandannya Letnan Kolonel Pnb Suwoto Sukendar.
          Wing Ops 004 membawahi Skadron 6, 7 dan 8, masing-masing Skadron 6 mengoperasikan pesawat helikopter Mi-4, Skadron  7 mengoperasikan pesawat helikopter Mi-4, SM-1, Bell, dan Skadron 8 khusus mengoperasikan helikopter Mi-6.
          Sesuai tugas yang dibebankannya, Skadron Helikopter melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
          Saat ini Skadron Udara 6 mengoperasikan pesawat Helikopter Twin Pac S-58T dan Helikopter Super Puma NAS-332.
          Skadron Udara 7 bermarkas di Lanud Suryadharma, Kalijati Subang mengoperasikan pesawat Helikopter Bell-47 G Soloy, Bell-204 B Inroquois, dan EC-120B Colibri.
          Skadron Udara 8 mengoperasikan pesawat Helikopter SA-330 Puma.
          Skadron Helikopter Lanud Atang Sendjaja setiap melaksanakan operasi militer selalu menonjolkan profesionalismenya. Operasi Dwikora tahun 1963-1965-an selama bertugas melaksanakan Operasi Dwikora Wing Operasi 004 mengirim lima helikopter Mi-6, sembilan helikopter Mi-4, sebuah helikopter Bell-47G-2 Trooper, dan Bell-204B Iroquois.
          Berangkat dari Lanud Atang Sendjaja, Bogor singgah di Lanud Palembang, Tanjung Pandan, dan Pontianak sebagai pangkalan induk. Pesawat helikopter ini beroperasi di sepanjang perbatasan Kalimantan wilayah Indonesia dan Kalimantan Utara wilayah Serawak dan Brunei Darussalam. Operasi serbuan helikopter dengan mengangkut pasukan untuk mendekat atau hovering ke daerah sasaran, mengirim bantuan logistik/bekal ulang untuk pasukan di garis depan, evakuasi medis, dan sebagai pesawat komando.
          Selain operasi itu, masih banyak operasi tempur yang dilakukan oleh Skadron Helikopter dan meraih kesuksesan.
          Beberapa operasi militer selain perang juga dilakukan oleh pesawat-pesawat helikopter Lanud Atang Sendjaja.

PENERBANGAN TNI AL

PENERBANGAN TNI AL
Dirangkum ulang oleh : Agung Surono, S.Si

Puspenerbal atau Pusat Penerbangan TNI AL merupakan bagian dari TNI-AL yang bertugas menyediakan fungsi penerbangan bagi operasi-operasi Angkatan Laut. Pupernerbal didirikan pada tahun 1956. Puspenerbal dibentuk sebagai sentralisasi pembinaan penerbangan TNI AL dalam suatu wadah, sehingga akan lebih menguntungkan dalam pengawasan dan pengendaliannya.
Satuan ini bertugas mendukung operasi angkatan laut, baik untuk operasi tempur, operasi SAR maupun operasi bantuan kemanusiaan. Pengamanan laut untuk memantau pergerakan kapal-kapal asing khususnya di jalur alur laut kepulauan Indonesia (ALKI), pengamanan lingkungan dari pencemaran bahan berbahaya, pencegahan penyelundupan dan pencurian kekayaan laut juga menjadi misi penting yang diemban Dispenerbal, bekerja sama dengan unsur kekuatan udara lain seperti TNI-AU dan Polri.
Penerbangan TNI AL mempunyai enam fungsi yaitu :
1. Peperangan anti kapal selam
2. Peperangan anti kapal permukaan
3. Pengamanan laut terbatas
4. Intai maritim
5. Pendaratan pasukan darat lintas helikopter
6. Dukungan logistik cepat.
Dari keenam fungsi penerbangan TNI AL tersebut saat ini belum bisa berjalan secara maksimal. Belum lagi ditambah terjadinya beberapa musibah yang mengakibatkan institusi TNI AL harus kehilangan alutsistadan personil penerbangan yang profesional di bidangnya.
Untuk itu untuk seluruh jajaran Penerbangan TNI AL diharapkan untuk selalu melakukan evaluasi kesiapan teknis alutsista dengan memperhatikan aspek keselamatan guna mewujudkan program zero accident.
Dalam catatan sejarah, Penerbangan TNI AL telah berperan besar dalam berbagai pertempuran laut, seperti Trikora, Operasi Dwikora, Operasi Jayawijaya, Penumpasan GPRS/Paraku, Operasi Seroja dan Operasi Surya Bhaskara Jaya.
Selain operasi militer Penerbangan TNI AL juga berperan dalam tugas-tugas kemanusiaan, seperti bencana alam gempa bumi dan tsunami di Nangroe Aceh Darussalam, dan Nias serta bencana alam lainnya di tanah air.


Skadron Udara 100-Pesawat Anti Kapal Selam 

Skadron Udara 100-Pesawat Anti Kapal Selam dulu diperkuat dengan pesawat Fairey Gannet buatan perusahaan Fairey Aviation Company Inggris.

Fairey Gannet 

Ada kisah menarik tentang Fairey Gannet  yang dipiloti para penerbang TNI AL saat Operasi Dwikora. Para pilot-pilot Gannet TNI AL, dengan bersenjata roket, berani terbang di atas gugus tugas Royal Navy di samudera Hindia, diatas HMS Ark Royal. Para pilot-pilot ini bercerita bahwa mereka lihat personil Inggris sedang bermain bola voli di atas dek kapal induk mereka, dan mereka tidak bereaksi, kecuali beberapa pilot berlarian ke Supermarine Scimitar mereka.

Sabtu, 09 Maret 2013

KEBANGGAAN INDONESIA di ERA SOEKARNO


Soekarno atau biasa dipanggil Bung Karno adalah Presiden Pertama RI sekaligus masuk dalam 100 tokoh orang berpengaruh di dunia. Soekarno adalah pemimpin terkemuka gerakan nasionalis Indonesia. Dikenal sebagai orator ulung, sejak muda ia memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia melalui Partai Nasional Indonesia yang didirikannya pada 1927. Ketika Indonesia merdeka, Insinyur lulusan ITB ini terpilih menjadi presiden pertama (1945-1968).

Sukarno lahir di blitar pada 6 juni 1901, anak dari seseorang guru sekolah rakyat, Raden Soekami dan wanita bali berdarah bangsawan, Idayu Rai. Sebagai anak priyayi yang memang pandai, Soekarno bisa mengecap pendidikan tinggi dan lulus dari sekolah Teknik Tinggi di Bandung (ITB) “1925”. Dia berjuang merebut kemerdekaan berlanjut dengan di bentuknya Partai Nasional Indonesia “PNI” pada 1927. Soekarno menerapkan sikap nonkooperasi dengan Belanda yang membuatnya beberapa kali masuk tahanan. Pada tahun 1929 dia ditahan oleh Belanda di penjara Sukamiskin, Bandung karena aktivitas politiknya, lalu dia di bebaskan dua tahun kemudian. Dan dia ditahan lagi pada 1933, diasingkan ke ende dan kemudian ke Bengkulu, sampai dia di bebaskan oleh Jepang 1942.

Pada 17 Agustus 1945, tak lama Jepang takluk kepada sekutu, atas desakan para aktivis pemuda yang sempat menculiknya ke Rengas Dengklok, Sukarno-Hatta memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia, dan sehari kemudia Sukarno-hatta diangkat menjadi presiden dan wakil presiden RI yang pertama Bangsa Indoensia.

Untuk mengimbangi kekuatan Barat, dia berperan sebagai pemimpin-pemimpin Negara baru melawan kekuatan kolonial dan neokolonial. Dia berhasil memaksa menyerahkan Irian Barat yang pada itu tahun 1963 disebut Irian Jaya dan sampai kini menjadi Papua.

Situasi politik memuncak dengan perebutan kekuasaan yang gagal pada 30 September 1965. Kejadian ini berlanjut dengan pembunuhan berantai dan besar-besaran, pembubaran partai Komunis, dan buntutnya Soekarno tersingkir. Pemimpin Militer Mayjen Soeharto memimta Sukarno untuk menyerahkan kekuasaan efektifnya melalui Supersemar pada maret 1966. Soeharto kemudian menjadi presiden menggantikan Soekarno. Dan sampai meninggalnya Soekarno Di Jakarta 21 Juni 1970, dia masih berada dalam Status Tahanan Rumah.


Keterangan;
  1. Presiden Soekarno tiba di bandara Karachi, Pakistan. Didampingi oleh Presiden Pakistan, Iskander Ali Mirza, Soekarno tampak sedang memberi hormat, diapit oleh bendera Indonesia dan bendera Pakistan (25 Januari 1958).
  2. Presiden Sukarno menjadi tamu kehormatan Kaisar Jepang, Hirohito, dan pangeran Akihito. Bung Karno dijamu makan siang di istana kekaisaran Jepang di Tokyo (3 Pebruari 1958).
  3. Presiden Soekarno dan Presiden AS, Kennedy, duduk bersama di dalam mobil terbuka, sedang melewati pasukan kehormatan di pangkalan Angkatan Udara AS, MD. Bung Karno datang ke AS dalam rangka pembicaraan masalah insiden Kuba (24 April 1961)
  4. Presiden Soekarno sedang bercakap-cakap dengan Presiden Kuba, Osvaldo Dorticos Torrado (kiri), dan Perdana Menteri Kuba, Fidel Castro (kanan) di Havana, Kuba (9 Mei 1960)
  5. Didampingi oleh wakil presiden AS, Richard Nixon, Bung Karno disambut penuh oleh pasukan AS dengan 21 kali tembakan kehormatan. Bung Karno tiba di Washington dalam rangka kunjungan selama 18 hari di AS atas undangan Presiden AS, David Dwight Eisenhower (16 Mei 1956).
  6. Gambar Perangko Negara tetangga yang ada gambar Soekarno
  7. Menjadi cover majalah TIMES tahun 1946
  8. Presiden Soekarno berdiri berdampingan dengan 4 pemimpin negara Non Blok setelah mereka selesai mengadakan pertemuan. Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Kwame Nkrumah (Presiden Ghana), Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Bung Karno, dan Tito (Presiden Yugoslavia). Kelima pemimpin negara non blok ini mengadakan pertemuan yang menghasilkan seruan kepada Presiden AS, Eisenhower (Presiden AS) dan Perdana Menteri “Uni Soviet”/Rusia, Nikita Khruschev, agar mereka melakukan perundingan diplomasi kembali (29 September 1960).
  9. Presiden Soekarno bersama Perdana Menteri Perancis, Pompidou (1965).

Kekuatan Militer Indonesia di era Soekarno (1960-an)

Kekuatan militer Indonesia adalah salahsatu yang terbesar dan terkuat di dunia. Saat itu, bahkan kekuatan Belanda sudah tidak sebanding dengan Indonesia, dan Amerika sangat khawatir dengan perkembangan kekuatan militer kita yang didukung besar-besaran oleh teknologi terbaru Uni Sovyet.

1960, Belanda masih bercokol di Papua. Melihat kekuatan Republik Indonesia yang makin hebat, Belanda yang didukung Barat merancang muslihat untuk membentuk negara boneka yang seakan-akan merdeka, tapi masih dibawah kendali Belanda.

Presiden Sukarno segera mengambil tindakan ekstrim, tujuannya, merebut kembali Papua. Sukarno segera mengeluarkan maklumat "Trikora" di Yogyakarta, dan isinya adalah:
  1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda.
  2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat
  3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa.

Berkat kedekatan Indonesia dengan Sovyet, maka Indonesia mendapatkan bantuan besar-besaran kekuatan armada laut dan udara militer termaju di dunia dengan nilai raksasa, US$ 2.5 milyar. Saat ini, kekuatan militer Indonesia menjadi yang terkuat di seluruh belahan bumi selatan. 

Kekuatan utama Indonesia di saat Trikora itu adalah salah satu kapal perang terbesar dan tercepat di dunia buatan Sovyet dari kelas Sverdlov, dengan 12 meriam raksasa kaliber 6 inchi. Ini adalah KRI Irian, dengan bobot raksasa 16.640 ton dengan awak sebesar 1270 orang termasuk 60 perwira. Sovyet, tidak pernah sekalipun memberikan kapal sekuat ini pada bangsa lain manapun, kecuali Indonesia. (kapal-kapal terbaru Indonesia sekarang dari kelas Sigma hanya berbobot 1600 ton). Saat itu Slogan “Jalasveva Jayamahe yang artinya Di Laut Kita Jaya” benar terwujud.

Tak cuma kapal perang, Indonesia juga mempunyai 12 kapal selam kelas Whiskey yang juga bantuan dari Uni Sovyet. Salah satu dari ke-12 kapal selam ini diberi nama Pasopati dan sekarang dijadikan monumen kapal selam (monkasel) disalah satu wilayah di Surabaya.

Angkatan udara Indonesia juga menjadi salahsatu armada udara paling mematikan di dunia, yang terdiri dari lebih dari 100 pesawat tercanggih saat itu. Armada ini terdiri dari : 26 pesawat pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev; 10 pesawat supersonic MiG-19; 49 pesawat tempur high-subsonic MiG-17; 30 pesawat MiG-15; 20 pesawat pemburu supersonic MiG-21 Fishbed; 9 helikopter terbesar di dunia MI-6; 41  Helikopter Mi-4.


Keterangan; 
  1. Pesawat pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev 
  2. Pesawat supersonic MiG-19 
  3. Pesawat tempur high-subsonic MiG-17 
  4. Pesawat MiG-15 
  5. Pesawat pemburu supersonic MiG-21 Fishbed 
  6. Kapal perang utama bernama KRI Irian 
  7. Kapal selam pasopati 
  8. Helicopter Mi-6 
  9. Helikopter Mi-4 
Ini semua membuat Indonesia menjadi salah satu kekuatan militer laut dan udara terkuat di dunia. Begitu hebat efeknya, sehingga Amerika di bawah pimpinan John F. Kennedy memaksa Belanda untuk segera keluar dari Papua, dan menyatakan dalam forum PBB bahwa peralihan kekuasaan di Papua, dari Belanda ke Indonesia adalah sesuatu yang bisa diterima.


Soekarno pernah membuat Amerika mati kutu

Suatu ketika ada pilot Amerika yang dengan lancang memasuki wilayah Indonesia tanpa ijin. Walhasil dengan kehebatan para angkatan di negeri kita ini, itu pilot berhasil ditembak jatuh, namun dengan kondisi pilot masih hidup. Digelandanglah sang pilot ke Istana negara untuk dimintai penjelasan/dikorek info-info yang penting.

Berita tertangkapnya Pilot Amerika itu sampai juga ke telinga John F Kennedy (Presiden AS waktu itu). Akhirnya dengan sangat si Presiden memohon agar pilotnya itu dikembalikan. Apa jawaban Soekarno? “Oh….tidak.. enak saja setelah lancang menjelajah negeriku dan memata-matainya terus mau aku kembalikkan, tidak semudah itu Kennedy”. Kennedy dibuat pusing juga oleh Soekarno. Maka dibuatlah pertemuan khusus dengan Soekarno waktu itu. AS takut kedok Amerika dengan CIA-nya berhasil dibuka Indonesia, lengkap dengan bukti-bukti telak dan menjadi gunjingan internasional.

Berangkatlah Soekarno ke AS. Disana Soekarno disambut dengan sambutan yang luar biasa. Laksana seorang raja Soekarno diajak jalan-jalan keliling kota dan diperkenalkan dengan wanita-wanita tercantik di AS, diantaranya si centil sang penggoda “Marilyn Monroe”.

Dialogpun terjadi. John F. Kennedy masih dengan permintaanya yang sama agar pilotnya dikembalikan, sementara Soekarno masih enggan kecuali dengan satu syarat. Apa itu? karena waktu itu Indonesia masih dalam kasus sengketa Irian Barat dan membutuhkan angkutan khusus untuk memindahkan pasukan secepatnya, Maka persyaratan Soekarno kepada Kennedy adalah meminta 10 pesawat Hercules sebagai ganti kelancangan pilot AS itu. Kennedy sungguh tak berkutik. Dengan berat hati maka disanggupilah permintaan Soekarno. (Barangkali sampai sekarang masih dipakai tu pesawat Hercules peninggalan Soekarno).


Kepemimpinan Indonesia beberapa puluh tahun yang lalu pernah memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan dengan gagah berani menentang hegemoni pihak asing. Sayangnya ruh kepemimpinan ala Soekarno ini tidak lagi kelihatan di masa sekarang, dan hanya tinggal kenangan.

Hal ini dibuktikan, bahwa praktis pasca presiden Soekarno, Indonesia berada dalam cengkeraman asing (Amerika), pemerintahan Orde Baru berada di bawah kendali Amerika, melalui lembaga-lembaga internasional-nya seperti IMF, Bank Dunia, USAID. Orde Baru mewarisi kebijakan buruk dan berlanjut hingga sekarang, tak heran jika Indonesia di masa Orde Baru pernah dijuluki sebagai negara gagal atau failed state akibat strategi kebijakannya yang selalu tunduk pada Mafia Berkeley, dan Indonesia hanya menjadi negara kepanjangan tangan dari kepentingan global Mafia Berkeley lewat “Washington konsensus”.

Mil Mi-6 yang dioperasikan TNI-AU

Menjelang Operasi Trikora, pada awal 1960-an Indonesia membeli berbagai perlengkapan militer dari Uni Soviet. Namun beberapa diantaranya tiba setelah Trikora selesai. Termasuk diantaranya adalah helikopter Mil Mi-6 Hook pesanan Indonesia yang dibeli sembilan unit yang dioperasikan oleh TNI-AU (dulu AURI, Angkatan Udara Republik Indonesia). Pesawat itu diberi nomor registrasi H 270- H278. Beberapa publikasi asing menyebutnya enam unit helikopter.
Helikopter Mi-6 Hook sendiri bukanlah pilihan utama TNI-AU yang sangat menginginkan Sikorsy S-61 Sea King terutama versi S-64 Tarhe yang termasuk flying-crane helicopter. Namun karena alasan ekonomi dan terutama politik, tentu tidak bisa didapatkan sehingga apa yang bisa diambil dari Uni Soviet, itulah yang digunakan.
Sebelum menerbangkan Mi-6, para pilot TNI-AU berlatih dengan helikopter Mi-4 yang sudah dimiliki di Pangkalan Udara (Lanud) Atang Senjaya di Semplak, Bogor. Awal 1965, 22 personel TNI-AU dikirim ke Uni Soviet yang terdiri atas enam pilot, satu navigator dan sisanya teknisi. Disana mereka dilatih di Akademi AU Soviet di Frunze, ibukota Kirghyzstan.
Pendidikan diselesaikan dalam enam bulan dan pada Juni 1964 mereka kembali ke Indonesia, sedangkan helikopternya dikapalkan dari Sevastopol di Laut Hitam dan dibongkar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada tahun yang sama. Komponen Helikopter dirakit di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma oleh teknisi-teknisi Uni Soviet. Helikopter pertama Indonesia diterbangkan pada 1 Oktober 1964. Selanjutnya dimasukan ke jajaran Skadron 8 Wing 4 Lanud Atang Senjaya, Bogor.
Helikopter itu kemudian dilibatkan dalam operasi-operasi selama periode Konfrontasi dengan Malaysia (Dwikora) dan penumpasan kelompok pemberontakan Paraku di Kalimantan Barat dengan fungsi sebagai transpor dan dukungan logistik.
Berbeda dengan perlengkapan militer buatan Uni Soviet yang dioperasikan Indonesia pada masa-masa Trikora dan Dwikora, helikopter ini tidak menimbulkan kekhawatiran di sejumlah negara tetangga. Selain karena helikopter transport, juga sepertnya negara tetangga mengetahui kelemahan helikopter ini.
Menurut kesaksian para pilot yang pernah mengoperasikan helikopter Mil Mi-6 Hook ini, banyak kelemahan teknis yang tidak sesuai dengan yang ditawarkan Uni Soviet seperti kecepatan jelajah yang hanya menjapai 170-175 km/jam, tidak sampai 200 km/jam. Jarak terbangnya yang pendek karena bahan bakarnya hanya cukup untuk 2 jam terbang sehingga kalau pergi ke suatu tempat harus dapat mendarat karena tidak mungkin kembali. Terbang jelajah yang pernah diperoleh maksimum adalah 2 jam 54 menit yakni dari Lanud Husein Sastranegara, Bandung hingga Tanjung Perak di Surabaya, itupun dengan muatan yang tidak terlalu penuh.
Kemudian dari daya angkut, ternyata tidak sesuai dengan yang ditawarkan. Dengan berat kosong heli 27,5 ton dan berat maksimum take off 42 ton, selisih diantaranya sebagian dipakai untuk berat awak pesawat dan bahan bakar yang mencapai sepulu ribu liter. Sebagai akibatnya, perbandingan berat operasional dengan berat maksimum untuk lepas landas sangat kecil, daya angkut efektifnya hanya 4,2 hingga 4,5 ton saja.Kelemahan lain adalah bila mendaratnya tidak tepat berakibat bantalan udara (ground cushion) sukar diperoleh, namun jika terlalu tinggi, putaran rotor ekor tidak dapat mengimbangi putaran rotor utama.
Namun demikian helikopter ini memiliki kelebihan yakni bisa digunakan untuk segala medan. Ketika TNI-AU akan menggunakan helikopter mengangkut barang-barang dengan rute Medan-Cot Girek di Aceh, terlebih dahulu diuji dengan menerbangi rute Bandung-Pengalengan dengan mengangkut barang. Ketika cuaca buruk menghadang, helikopter mendarat darurat yang ternyata bukan kebun kentang yang diperkirakan pilot, tetapi di dasar jurang dengan permukaan tidak rata.
Disinilah konstruksi helikopter Mi-6 teruji sekalipun tanah di kaki roda kiri dan kanan tidak rata, karena sistem keseimbangannya bagus sekali. Helikopter tersebut akhirnya berhasil diterbangkan keluar lembah setelah muatannya dikurangi.
Helikopter ini tidak lama berdinas aktif dalam armada AURI (TNI-AU), sekitar 1965-1968. Sebagaimana banyak peralatan militer buatan Uni Soviet yang lain, setelah peristiwa G30S/PKI banyak yang tidak dioperasikan lagi dengan alasan kekurangan suku cadang. Helikopter yang terakhir terbang adalah helikopter berseri H-277.
Lebih disayangkan lagi karena tidak ada satupun helikopter Mi-6 Hook yang dijadikan museum atau monumen. Semua dibesituakan, padahal menurut pilot yang pernah menerbangkannya, kondisinya sebenarnya masih bagus, diantaranya pada badan utama (body/airframe) pesawat yang logamnya mengandung timah hitam sehingga tahan karat sehingga bila diusahakan, helikopter ini sebenarnya masih dapat dioperasikan.