Jumat, 15 Maret 2013

Mengenal Skadron Helikopter TNI AU
Selasa, 20 Februari 2007 00:00:00 - Oleh : puspen - Dibaca : 1969

Mengenal Skadron Helikopter TNI AU
          Sudah menjadi monumen sejarah yang tidak dapat dihapus kembali bahwa para pendahulu Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) begitu gigih dalam memanfaatkan pesawat-pesawat peninggalan penjajah.
          Pesawat peninggalan itu dijadikan sebagai tulang punggung pada awal TNI AU dalam melawan penjajah, di antaranya pesawat pembom Guntai, Rocojunana, Suky, Bristol/Blem Heim, pesawat pemburu Hayabusa, Sanykisin, pengintai Nagashima, pesawat latih Cureng, Cukiu, dan Nishikoren.
          Setelah diperbaiki, pesawat-pesawat tersebut menjadikan kekuatan awal TNI AU di masa-masa perjuangan.
          Berawal dari penyerahan kedaulatan pemerintahan Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia, sejumlah pesawat yang diserahkan akhirnya oleh TNI AU dikelompokkan dalam bentuk skadron-skadron. Namun pada pemerintahan Belanda belum ada pesawat helikopter, sehingga pada tahun 1950-an oleh pimpinan TNI AU terpikirkan untuk merintis terbentuknya skadron helikopter.
          Sebelum terbentuk skadron helikopter yang besar TNI AU tahun 1953 mendirikan skadron percobaan helikopter. Pesawat helikopter yang pertama bertengger di skadron percobaan itu adalah pesawat helikopter jenis Hiller-360 yang didatangkan dari Amerika Serikat. Oleh TNI AU pesawat itu diberikan register H-101.
          Sebagai penerbang pertama adalah Komodor Muda Udara Wiweko Supono, Ia merupakan penerbang helikopter lulusan Sekolah Penerbang Amerika Serikat pada akhir tahun 1950.
          Untuk mengembangkan sayap skadron percobaan itu Komodor Muda Udara Wiweko Supono membina prajurit TNI AU sebagai penerbang termasuk teknik pesawat terbang, yang akhirnya muncul sekolah penerbang lanjutan di Pangkalan Udara Andir (sekarang Lanud Husein Sastranegara, Bandung) dan di Pangkalan Udara Kalijati (saat ini berubah Lanud Suryadharma).
          Kemajuan demi kemajuan berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Meski menyandang skadron percobaan, namun telah memiliki banyak pesawat di antaranya jenis helikopter Hiller-360, Hiller-12B, Bell-47G-2, Trooper/SM-1. Peristiwa yang membanggakan bahwa pada tahun 1959 TNI AU dapat mendatangkan 30 unit helikopter Mi-4, tahun 1960 helikopter Bell-47J Ranger, selanjutnya helikopter S-58T Sikorsky. Perkembangan terus dilaksanakan dan penambahan pesawat terus didatangkan untuk meningkatkan pelayanan terutama bagi VIP dan kepresidenan.
          Masih banyak lagi perubahan-perubahan jenis pesawat untuk kelangsungan skadron udara helikopter serta menjalankan misi tugas sehari-hari untuk tugas pokok TNI Angkatan Udara dan TNI pada umumnya.
          Dengan peningkatan dan profesional dalam bidang tugas akhirnya skadron udara percobaan berubah menjadi Skadron 6 Helikopter bermarkas di Pangkalan Udara Andir, Bandung dan Komandannya dijabat oleh Mayor Udara R. Soemarsono.
          Waktu terus berjalan akhirnya pada bulan Maret 1963 Skadron Udara Helikopter dipindahkan dari Bandung menuju ke Semplak Bogor yang sekarang Lanud Atang Sendjaja.
          Dari tuntutan suatu organisasi akhirnya 25 Mei 1965 Menteri/Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Omar Dhani meresmikan berdirinya skadron-skadron udara yang berada di bawah Wing Ops 004 dengan komandannya Letnan Kolonel Pnb Suwoto Sukendar.
          Wing Ops 004 membawahi Skadron 6, 7 dan 8, masing-masing Skadron 6 mengoperasikan pesawat helikopter Mi-4, Skadron  7 mengoperasikan pesawat helikopter Mi-4, SM-1, Bell, dan Skadron 8 khusus mengoperasikan helikopter Mi-6.
          Sesuai tugas yang dibebankannya, Skadron Helikopter melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
          Saat ini Skadron Udara 6 mengoperasikan pesawat Helikopter Twin Pac S-58T dan Helikopter Super Puma NAS-332.
          Skadron Udara 7 bermarkas di Lanud Suryadharma, Kalijati Subang mengoperasikan pesawat Helikopter Bell-47 G Soloy, Bell-204 B Inroquois, dan EC-120B Colibri.
          Skadron Udara 8 mengoperasikan pesawat Helikopter SA-330 Puma.
          Skadron Helikopter Lanud Atang Sendjaja setiap melaksanakan operasi militer selalu menonjolkan profesionalismenya. Operasi Dwikora tahun 1963-1965-an selama bertugas melaksanakan Operasi Dwikora Wing Operasi 004 mengirim lima helikopter Mi-6, sembilan helikopter Mi-4, sebuah helikopter Bell-47G-2 Trooper, dan Bell-204B Iroquois.
          Berangkat dari Lanud Atang Sendjaja, Bogor singgah di Lanud Palembang, Tanjung Pandan, dan Pontianak sebagai pangkalan induk. Pesawat helikopter ini beroperasi di sepanjang perbatasan Kalimantan wilayah Indonesia dan Kalimantan Utara wilayah Serawak dan Brunei Darussalam. Operasi serbuan helikopter dengan mengangkut pasukan untuk mendekat atau hovering ke daerah sasaran, mengirim bantuan logistik/bekal ulang untuk pasukan di garis depan, evakuasi medis, dan sebagai pesawat komando.
          Selain operasi itu, masih banyak operasi tempur yang dilakukan oleh Skadron Helikopter dan meraih kesuksesan.
          Beberapa operasi militer selain perang juga dilakukan oleh pesawat-pesawat helikopter Lanud Atang Sendjaja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar